Pengawetan Makanan
Sebenarnya konsep pengawetan makanan adalah memperlambat laju bakteri dalam berkembang biak. Jadi yang menyebabkan makanan busuk adalah bakteri. Ketika tanaman masih hidup maka tanaman punya kemampuan regenerasi sehingga tetap awer walaupun ada bakteri. Jika tanaman sudab mati maka kemampuan regenerasinya juga hilang sehingga tidak kuat terhadap serangan bakteri. Proses perkembangbiakan bakteri bersifat logaritmik misalnya saja sekarang ada 2 bakteri kemudian 5 menit lagi jadi 4 lalu 5 menit lagi jadi 8 begitu seterusnya. Pada semua makanan ada bakteri tetapu biasanya jumlahnya sedikit sehingga tidak menyebabkan efek pembusukan yg signifikan. Akan tetapi jika bakteri banyak maka pembusukan juga makin cepat dan signifikan. Sebagai contoh ambil 2 makanan satu letakan di tempat busuk dan satu lagi pisahkan di tempat kering. Makan makanan yg dipisahkan akan lebih tahan lama.
Kembali ke topik pengawetan makanan. Ada beberapa metode untuk mengawetkan makanan secara tradisional :
1. Pendinginan : hal ini sesuai dengan teori laju reaksi dimana laju reaksi enzim bakteri akan makin lambat jika suhu makin dingin. Makanya makanan yang diletakan di tempat sejuk atau di kulkas akan lebih tahan lama
2. Pengurangan kadar air : karena bakteri adalah makhluk hidup yg butuh air. Jika pasokan air dalam makanan rendah maka bakteri akan susah hidup disitu. Makanya nasi atau jenis makanan lain yg dikeringkan akan jauh lebih tahan lama.
3. Penamambahan garam atau gula kadar tinggi. Misalkan saja ikan asin, ikan dengan kadar garam tinggi. jika ada bakteri hinggap di ikan tersebut maka air dalam sel bakteri akan keluar dari membran sel bakteri sehingga bakteri akan mati. Mirip seperti orang berenang dalam air kadar garam tinggi. Maka air akan keluar dari tubuh orang tersebut lalu dia akan dehidrasi dan klo terlalu lama akan mati. Mirip juga dengan alasan kenapa jika haus kita tidak boleh minum air laut. Dalam kimia hal ini dijelaskan dalam bab tekanan osmosia. Penjelasan yang sama juga berlaku untuk manisan walaupun biasanya garam lebih awet. Makin pekat garam/gula maka makin awet makanan tersebut.
4. Pemanasan. Misalnya saja kita memiliki soto yang dimasak pagi maka jumlah bakterinya masih sedikit (karena mayoritas bakteri mati dengan pemanasan saat memasam) kemudian ketika sore bakteri sudah sangat banyak harusnya ketika malam akan basi (ingat sifat perkembangbiakan bakteri yg logaritmik). Akan tetapi jika sore kita panaskan lagi maka mayoritas bakteri akan mati. Maka bakteri harus berkembangbiak lagi dari awal sehingga malam soto kita tidak basi. Makin sering dipanaskan tentunya makin awet makanan kita.
5. Mengurangi kontak antara makanan dengan bakteri luar contohnya pengalengan. Dimana dalam proses pengalengan pertama makanan dipanaskan dengan uap air (membunuh bakteri) kemudian dimasukan dalam kaleng yang steril lalu ditutup. Maka makanan akan tahan lama. Sebenarnya prinsip ini masih banyak dipakai makanan modern misalnya saja proses pasterisasi susu dimana susu dimasukan pada pipa ukuran kecil lalu dipanaskan pada suhu tertentu dalam waktu yang tertentu pula kemudian dimasukan dalam wadah kaleng atau tetrapack. Selain itu proses mengurangi kontak bakteri juga sering kita temukan pada buah buahan kmpor yang biasanya diberi lilin pada bagian luar buahnya.
Dan masih banyak proses pengawetan lainnya yang intinya menghambat pertumbuhan bakteri.
Sedangkan dalam proses modern telah banyak zat kimia yg ditemukan dapat membunuh/menghambat pertumbuhan bakteri seperti natrium benzoat, gas so2, dan lainnya. Selain itu banyak pula metode baru yang dikembangkan seperti menggunakan radiasi nuklir. Dimana radiasi ini akan membunuh sel bakteri yg hidup sehingga makanan tetap awet dalam jangka waktu yang lama.
Komentar
Posting Komentar