Pendidikan
Pendidikan yang sekarang ini banyak dipakai di dunia secara umum mengadopsi dua hal
Pertama pendidika padat materi seperti indonesia, india dll. Beberapa kampus menerapkan sistem pembelajaran padat materi. Sehingga jam kulaih pun cukup padat (klo saya alami sih dari senin-jumat dari jam 8-3 sore penuh). Belum lagi ditambah tugas yang cukup banyak . Sistem seperti ini sepertinya bertujuan memforsir semua badan dan pikiran untuk belajar, sehingga kemampuan cara berfikir/analisa akan berkembang (bahasa sederhananya mengasah kemampuan otak). Kelemahan metode ini biasanya materi yang diajarkan terlali luar, lebih banyak teori dan banyak materi pembelajaran yang tidak dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari. Sehingga jangan kaget jika banyak lulusan yang beralih bidang ketika masuk dunia kerja. Bahkan mayoritas senior saya bilang klo ilmu kuliah hanya terpakai 5% saja di dunia kerja.
Kedua pendidikan berbasis keahlian. Biasanya jam belajar/kuliah tidak padat. Materi yang diajarkan biasanya sudah spesifik, materi2 yang langsung menjurus kepada keahlian. Dan yang mengajar pun para ahli yang memang sudah lama membidangi hal itu. Sehingga walaupun jam belajar pendek akan tetapi lebih banyak ahli yang dicetak oleh kampus2 seperti ini.
Masing2 sistem ini punya kelebihan dan kelemahan. Bahkan kampus2 di singapura seperti ntu/nus mengadopsi dua sistem diatas. Maka jangan heran jika kampus tersebut cepat maju dan berkembang.
Tulisan ni saya buat menurut pemahaman saya lho, jadi ada kemungkinan salah. Masih menurut saya bahwa sudah saatnya pendidikan di indonesia mulai menerapkan pendidikan yang berbasis keahlian karena ilmu pengetahuan zaman sekarang sudah terlalu luas. Percuma kita iri dengan pendidikan negara maju seperti finlandia, swiss, uk dll tetapi dalam sistem pendidikan kita masih hanya menggunakan metode padat materi. Tidak usah pula kita terlalu sering menyalahkan pemerintah (karena memang ga ada selesainya), toh dalam prakteknya undang undang memperbolehkan sekolah berimprovisasi. Misalnya saja sekolah boleh menggalakkan penelitian bagi para siswa, menambahkan materi yang bersifat aplikatif, menambahkan muatan lokal, dll.
Jika kita guru, maka sebaiknya terus belajar dan berimprovisasi, karena mau sistem atau kurikulum sebaik apapun jika gurunya malas belajar (mungkin karena merasa sudah pintar) maka kualitas pendidikan kita tidak akan berubah. Jika kita manajerial sekolah maka sebaiknya terbuka terhadap ide yang bersifat membangun dan bersedia lelah demi kemajuan sekolah. Jika kita orang tua murid maka banyak sekali bentuk dukungan yang kita bisa berikan kepada sekolah (kalau tidak ada biaya, bisa membantu dengan keahlian atau minimal dukungan moril), bahkan klo kita hanya masyarakat umun yang tidak ada hubungan dengan sekolah maka kita tetap bisa benkontribusi misalnya saja dengan berbagi pengetahuan/keahlian saat kegiatan sains camp/live in dan lain lain.
Komentar
Posting Komentar