Harapan yang Tak Pernah Padam
Bab 1: Perkenalan di Sintesa Suasana malam itu ramai di aula kecil Kukel, tempat pertemuan anggota baru organisasi Sintesa . Mahasiswa-mahasiswa baru yang berasal dari Tegal dan sekitarnya dikumpulkan untuk mengenal satu sama lain. Di pojok ruangan, Udin duduk sambil mengamati wajah-wajah asing. Ia bukan tipe yang mudah akrab, jadi lebih sering menyimak daripada berbicara. "Eh, Din. Kenalan sama yang ini," ujar Andi, teman lama Udin yang jadi panitia acara. Andi mendorong seorang mahasiswa kurus, tinggi, dengan rambut panjang belah tengah. Pakaian Khoiron lusuh, kemeja putih dan celana panjang yang warnanya mulai pudar. Namun, dari caranya berdiri, ada aura kepercayaan diri yang tak biasa. "Khoiron," katanya sambil menjabat tangan Udin. Genggamannya erat. "Kamu siapa?" "Udin," jawab Udin pendek. Ia mencoba membaca karakter Khoiron dari pandangan pertamanya. Acara dimulai dengan sambutan dari senior Sintesa. Sesi perkenalan menjadi inti malam itu,...